Senin, 17 November 2008

FOTOPENGHIJAUAN KELASMU! (X-1)

kasi comment untuk kelasmu!!!
jadilah anggota gloriagoesgreen.blogspot.com!
ikuti perkembangan event-event kami!

Rabu, 12 November 2008

Berdayakan Masyarakat Kelola Kebersihan

Mengubah perilaku warga untuk hidup bersih memang sulit. Namun, untuk menuju perubahan perilaku, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Di tengah mewabahnya ancaman demam berdarah (DB), lomba kebersihan banjar dinilai layak dijadikan strategi dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan. Walaupun masih ada sebagian masyarakat yang kurang taat dalam mengikuti aturan-aturan kebersihan, terutama dalam membuang sampah. Masyarakat kurang taat dengan waktu dan tempat pembuangan sampah. Hal inilah yang tengah ditanggulangi instansi terkait yang memiliki tanggung jawab di bidang kebersihan. Kendala lain yang juga dihadapi instansi pengelola kebersihan adanya pembuangan sampah oleh masyarakat di lahan-lahan kosong yang ada. Lahan-lahan kosong yang ditinggal pemiliknya ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuang sampah. Di satu sisi perlu dicatat, meningkatnya volume sampah di beberapa daerah di Bali, terutamanya lagi di Kota Denpasar, erat kaitannya dengan jumlah penduduk. Belum lagi sampah-sampah dari alam dan tumbuh-tumbuhan. Melalui Lomba Menghadapi kenyataan permasalahan kebersihan lingkungan, terutamanya belum maksimalnya partisipasi peran serta masyarakat dalam ikut mengelola sampah melalui lomba kebersihan lingkungan banjar, sebagaimana dilakukan Kota Denpasar pada HUT-nya yang lalu. Sesungguhnya yang terpenting bagaimana menumbuhkan perilaku hidup bersih di kalangan warga. Jika perilaku hidup bersih sudah menjadi kebiasaan, dapat dipastikan lingkungan akan menjadi bersih. Menilai sebuah banjar dari segi kebersihan, tentu akan membawa dampak yang positif, jika dilakukan terus-menerus dengan kesadaran warga banjar. Tingkat kebersihan tersebut sangat tergantung dari penduduk banjar. Jika penduduknya tidak tertib dan taat jadwal dalam membuang sampah, masih berperilaku tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan, maka konsekuensinya kurang sadarnya masyarakat akan kebersihan. Kebersihan memiliki hubungan langsung dengan tertibnya warga banjar dalam memenuhi administrasi desa, termasuk dalam memanfaatkan lingkungan untuk lahan mencari penghidupan setiap hari. Bagaimana lingkungan banjar mau bersih jika warga banjar masih tidak tertib dan tidak peduli terhadap kebersihan yang berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat setempat. Biasanya pelaksanaan sebuah perlombaan, lebih mengutamakan hadiah yang diperebutkan. Akan tetapi sasaran yang ingin dicapai bukan saja bersih pada saat lomba, namun lebih dari itu melalui lomba kebersihan masyarakat diharapkan termotivasi dan terbiasa melakukan kebersihan di lingkungan banjarnya masing-masing. Sasaran lomba bukannya sekadar mencari siapa yang mampu mengelola kebersihan pada saat lomba, tetapi terpenting bagaimana kegiatan ini bisa mengubah perilaku warga agar hidup bersih. Program kepedulian terhadap kebersihan memang harus dimulai dari hal-hal yang praktis. Peduli lingkungan hendaknya menjadi budaya warga. Lomba semacam ini sudah dimulai di Denpasar. Namun, bagaimana lomba kebersihan ini agar menjalar ke kabupaten lainnya di Bali, tentunya menjadi tanggung jawab Propinsi Bali dalam mengelolanya, agar ke depan Bali tidak lagi dikelilingi masalah sampah. Penulis, pengamat lingkungan, tinggal di Denpasar

Sekilas - Air & Kebersihan Lingkungan

© UNICEF/IDSA/020/Estey Seorang anak laki-laki sedang mandi di sebuah mata air di Teluk Dalam, Nias, beberapa hari setelah gempa dahysat meluluhlantakkan pulau itu pada Februari 2005. Kondisi kebersihan air dan lingkungan di sebagian besar daerah di Indonesia masih sangat buruk. Situasi ini menyebabkan tingginya kerawanan anak terhadap penyakit yang ditularkan lewat air. Pada 2004, hanya 50 persen penduduk Indonesia yang mengambil air sejauh lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran. Ukuran ini menjadi standar universal keamanan air. Di Jakarta, misalnya, 84 persen air dari sumur-sumur dangkal ternyata terkontaminasi oleh bakteri faecal coliform. Secara praktis masalah kebersihan menjadi tidak kondusif karena masyarakat memang selalu tidak sadar akah hal tersebut. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dijaga dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus dan penyakit lain yang disebabkan air sering menyerang golongan keluarga ekonomi lemah. Upaya mengembangkan kesehatan anak secara umum pun menjadi terhambat. Fakta ini terjadi khususnya di daerah bekas bencana tsunami di Aceh dan Sumatra Utara. Disamping akses air bersih yang buruk, situasi kebersihan air dan lingkungan diperparah oleh kegagalan penyuluhan bagi masyarakat kelas bawah dan mereka yang tinggal di daerah kumuh untuk berperilaku bersih. Bahkan penyediaan air minum yang bersih pun belum secara serius dijadikan prioritas pembangunan di Indonesia terutama di tingkat propinsi.

12 Jurus Mudah Hidup Ramah Lingkungan

Jakarta (ANTARA News) - Siapa bilang pola hidup ramah lingkungan merupakan pilihan yang sulit diwujudkan? Sungguh mudah hidup ramah lingkungan. Dengan praktik-praktik keseharian yang sederhana, beban Bumi akan buat gurangi, demikian kesimpulan yang disebukan dalam situs jejaring berita lingkungan hidup http://www.enn.com/. Perhatian utama yang harus diacu adalah konsumsi energi dan air, jangan lupakan juga buangan limbah alias sampah, dan beban gaya hidup manusia terhadap kelestarian Bumi pun akan berkurang drastis. ENN menawarkan 12 jurus mudah untuk memulai hidup yang ramah lingkungan, pertama adalah dengan cara mengganti lampu pijar dengan lampu FLB ("fluorescent light bulbs") atau CFLs ("compact fluorescent bulbs"). Memang, harga bohlam pijar lebih murah daripada lampu CFLs, tapi bila semua lampu di rumah menggunakan lampu yang hemat energi ini maka tagihan listrik bisa ditekan hingga 30 persen dari kondisi semula. Menurut hasil penelitian Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA), lampu jenis CFLs menyerap listrik 75 persen dari lampu pijar biasa dan usianya bisa 10 kali lebih panjang daripada bohlam pijar. Langkah mudah kedua adalah dengan menjaga kondisi kendaraan dalam performa yang terbaik. Memang akan lebih baik lagi kalau semua orang menggunakan moda transportasi sepeda atau transportasi umum, tapi bagi mereka yang sangat terpaksa harus menggunakan kendaraan pribadi harus memastikan kondisi kendaraannya adalah yang terbaik. Gantilah oli secara rutin dan pertahanan ban yang performanya bagus, sehingga hemat bahan bakar. Taatilah semua peraturan berlalu lintas, ingat bahwa bahan bakar yang digunakan akan lebih hemat bila laju kendaraan tidak terlalu kencang melaju, patuhi ketentuan batas maksimal kecepatan. Jurus ketiga adalah dengan memaksimalkan jumlah baju yang akan dicuci di mesin cuci. Bila mesin bekerja dengan beban cucian yang tidak maksimal, tentu akan memakan energi yang lebih besar, jadi pastikanlah semua baju dicuci pada waktu bersamaan agar beban maksimal mesin tercapai dan energi yang dibutuhkan lebih kecil. Bila mencuci baju, gunakan saja air biasa, tidak perlu air yang panas karena air panas untuk mencuci baju tentu membutuhkan energi yang lebih banyak daripada air biasa. Toh hasil mencuci dengan air yang panas dan air yang dingin akan sama saja bagi sebagian besar jenis pakaian. Tips kelima yang dianjurkan: copot kabel peralatan listrik jika sudah tidak lagi digunakan. Boleh saja komputer sudah dimatikan lewat satu klik di tombol "sign-off", tapi selama masih ada lampu yang menyala di piranti itu, maka pertanda listrik masih menjalar di alat elektronik tersebut. Jadi ... matikan, dan cabut kabelnya. Entah itu komputer, radio, televisi, atau mesin pencetak yang sudah tidak digunakan lagi, agar listrik benar-benar tidak mengalir lagi. Menjalani gaya hidup yang ramah lingkungan memang sedikit meminta orang lebih berpikir panjang soal pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sebagai contoh soal penggunaan botol minuman, memang air di dalam botol kemasan lebih ringkas dan gampang dibawa tapi dampak menggunakan botol macam ini ternyata tidaklah sesederhana itu. Proses pembuatan botol kemasan air minum menggunakan plastik berbahan baku bensin, belum lagi tahap pengirimannya ke pasar yang sangat boros akan energi. Gaya hidup "hijau" akan lebih memilih langkah lain daripada membeli air di botol kemasan; saring air hingga layak minum, lalu minum air itu dari botol yang bisa digunakan berulang-ulang jika hendak bepergian. Langkah berikutnya adalah dengan mempersiapkan diri saat makan di restoran atau berbelanja di pusat perbelanjaan. Kalau berencana makan di restoran yang menyajikan porsi super besar, maka bawalah serta tempat bekal Tupperware untuk membawa sisa makanan yang tidak habis disantap agar makanan tidak mubazir. Lalu jika ingin berbelanja, jangan lupa bawa tas atau keranjang untuk menenteng barang belanjaan, kurangi penggunaan plastik agar tidak menambah sampah dan membuang energi untuk proses daur ulang plastik. Pola konsumsi makanan juga harus dilibatkan dalam gaya hidup ramah lingkungan. Pilihlah makanan yang kemasannya minimalis, karena akan lebih baik memakan sesuatu dari bungkus yang tidak terlalu banyak menghasilkan sampah. Jurus kesembilan yang terkait dengan pola konsumsi kita adalah dengan program penggalakan konsumsi produk-produk lokal. Mesti diingat bahwa produk makanan yang diimpor atau didatangkan dari daerah serta negara lain akan berkonsekuensi pada rute pengiriman. Makin jauh sumber makanan itu datang, maka pesawat, kapal, truk yang dilibatkan untuk mengirimnya pun pasti sangatlah masif. Dengan mengkonsumsi produk pangan lokal, tentunya petani setempat akan terangkat pendapatannya dan jejak karbon akibat transportasi pangan impor akan banyak berkurang. Cara berikutnya adalah dengan menanam pohon di halaman sendiri. Sederhana kedengarannya, tapi cara ini sangat efektif dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, karena ia bisa menyerap gas karbon sepanjang usianya. Selain itu pohon pun bisa berfungsi sebagai pendingin rumah yang alami pada hari yang terik, sehingga tidak perlu lagi memasang mesin pendingin ruangan di rumah-rumah atau di kantor-kantor. Pola konsumsi juga harus dilibatkan untuk meminimalisir pembelian barang-barang baru. Singkat kata, kalau bisa menggunakan barang bekas maka kurangilah keinginan untuk membeli barang-barang baru. Di jurus terakhir, jurus ke-12, adalah dengan cara menggunakan energi berbahan bakar ramah lingkungan. Bahan bakar yang sumbernya energi terbarukan, seperti angin dan sinar matahari. Kalau bisa memilih, pilihlah energi dari sumber-sumber terbarukan, dengan cara ini konsumen pun turut memilihkan "pola hidup hijau" buat korporat-korporat besar agar mereka berpihak pada jenis usaha ini. Setiap orang punya kesempatan dan peluang yang sama untuk berpaling ke gaya hidup "hijau", tinggal pertanyaannya mau memulai "Kapan?", atau "Kapan lagi?"(*)

Kegiatan Kami - 29 November 2008

Mengangkat pohon yang berat jadi tidak terasa
karena dilakukan bersama-sama teman-teman. Asyik!

Salah satu bentuk praktek ramah lingkungan.

Tempat sampah organik dan anorganik. Pilih yang mana?
Ergh... Gali terus...

Salah seorang siswa sedang menggemburkan tanah untuk ditanami pohon.
Tempat sampah anorganik hasil kreasi siswa.

Dipupuk biar subur...

Akhirnya selesai juga. Hiks...Hiks...