Rabu, 12 November 2008

Berdayakan Masyarakat Kelola Kebersihan

Mengubah perilaku warga untuk hidup bersih memang sulit. Namun, untuk menuju perubahan perilaku, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Di tengah mewabahnya ancaman demam berdarah (DB), lomba kebersihan banjar dinilai layak dijadikan strategi dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan. Walaupun masih ada sebagian masyarakat yang kurang taat dalam mengikuti aturan-aturan kebersihan, terutama dalam membuang sampah. Masyarakat kurang taat dengan waktu dan tempat pembuangan sampah. Hal inilah yang tengah ditanggulangi instansi terkait yang memiliki tanggung jawab di bidang kebersihan. Kendala lain yang juga dihadapi instansi pengelola kebersihan adanya pembuangan sampah oleh masyarakat di lahan-lahan kosong yang ada. Lahan-lahan kosong yang ditinggal pemiliknya ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuang sampah. Di satu sisi perlu dicatat, meningkatnya volume sampah di beberapa daerah di Bali, terutamanya lagi di Kota Denpasar, erat kaitannya dengan jumlah penduduk. Belum lagi sampah-sampah dari alam dan tumbuh-tumbuhan. Melalui Lomba Menghadapi kenyataan permasalahan kebersihan lingkungan, terutamanya belum maksimalnya partisipasi peran serta masyarakat dalam ikut mengelola sampah melalui lomba kebersihan lingkungan banjar, sebagaimana dilakukan Kota Denpasar pada HUT-nya yang lalu. Sesungguhnya yang terpenting bagaimana menumbuhkan perilaku hidup bersih di kalangan warga. Jika perilaku hidup bersih sudah menjadi kebiasaan, dapat dipastikan lingkungan akan menjadi bersih. Menilai sebuah banjar dari segi kebersihan, tentu akan membawa dampak yang positif, jika dilakukan terus-menerus dengan kesadaran warga banjar. Tingkat kebersihan tersebut sangat tergantung dari penduduk banjar. Jika penduduknya tidak tertib dan taat jadwal dalam membuang sampah, masih berperilaku tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan, maka konsekuensinya kurang sadarnya masyarakat akan kebersihan. Kebersihan memiliki hubungan langsung dengan tertibnya warga banjar dalam memenuhi administrasi desa, termasuk dalam memanfaatkan lingkungan untuk lahan mencari penghidupan setiap hari. Bagaimana lingkungan banjar mau bersih jika warga banjar masih tidak tertib dan tidak peduli terhadap kebersihan yang berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat setempat. Biasanya pelaksanaan sebuah perlombaan, lebih mengutamakan hadiah yang diperebutkan. Akan tetapi sasaran yang ingin dicapai bukan saja bersih pada saat lomba, namun lebih dari itu melalui lomba kebersihan masyarakat diharapkan termotivasi dan terbiasa melakukan kebersihan di lingkungan banjarnya masing-masing. Sasaran lomba bukannya sekadar mencari siapa yang mampu mengelola kebersihan pada saat lomba, tetapi terpenting bagaimana kegiatan ini bisa mengubah perilaku warga agar hidup bersih. Program kepedulian terhadap kebersihan memang harus dimulai dari hal-hal yang praktis. Peduli lingkungan hendaknya menjadi budaya warga. Lomba semacam ini sudah dimulai di Denpasar. Namun, bagaimana lomba kebersihan ini agar menjalar ke kabupaten lainnya di Bali, tentunya menjadi tanggung jawab Propinsi Bali dalam mengelolanya, agar ke depan Bali tidak lagi dikelilingi masalah sampah. Penulis, pengamat lingkungan, tinggal di Denpasar

Tidak ada komentar: